DREAM THERAPHY
1. Author : Adin_Hottest
2. Judul : DREAM THERAPHY
3. Kategori: NC 21, Yadong, Oneshoot
4. Cast:
- Nichkhun
- Kim Na Young
Annyeoooong Ncspolde!!! ^^
Author Adin_Hottest kembali,,
FF ini diketik sebelum FF My Favorite SAM,, juga pernah diposting.
Tapi karena dipostingnya pas bulan puasa, takutnya pada banyak yg belum baca ^^
Jadi aku ketik ulang Full versionnya..
Well,,
HAPPY READING!!!
*bow*
PS : this FF very very long long shoot.. beware J
———————
*Nichkhun POV*
“nnggghh.. ngghh,,” desahnya.
Aku terus menciumi bibirnya penuh nafsu. Tubuhku rapat nenindih tubuhnya.
Aku mengibaskan rambutnya desahannya semakin keras saat aku menyedot dan menggigit lehernya.
“ssshhh..” hanya desahan yang keluar dari mulutnya.
—–
“hhhkkk,, hhkkk..nngghkk. . hhhh,,,” napasnya tertahan saat aku menggenjot juniorku keluar masuk vaginanya dengan cepat.
“nnngghhhkkk.. hhahhh.. hahhh..” dia mengambil nafas saat aku menghentikan genjotanku.
“Auuwwhhh,, ahhh,, nnnnggghh..” desahnya ketika aku memainkan payudaranya.
“Opppaaaahhhhh… .” teriaknya saat dia mencapai klimaksnya.
—–
“Ohhh.. aahh… oppa.. fassterr Oppaa.. ahh ahhh..” Racaunya. Dia panggil aku oppa?
Aku terus menggenjot terus juniorku sampai aku mencapai klimaks. Dia membalik tubuhku, dia diatasku tanpa melepas kontak …
Wajahnya….
“Nichkhun Oppa..” panggilnya. Sebuah senyuman tersungging dibibirnya.
“Kau siapa?” panggilku sambil mentap wajahnya.
“Aku….”
Dddrrrrrrtttt… ddddrrrrttttt….
Aku buka kedua mataku…
Lagi-lagi aku mimpi yang sama…
Aku lihat handphoneku yang bergetar. “Iya nenek, aku sudah bangun. Nenek aku kan sudah dewasa, aku 25 tahun sekarang. kenapa kau selalu menganggapku anak kecil?? membangunkanku setiap pagi?” Protesku ketika mengetahui bahwa yang meneleponku adalah nenekku.
Aku tinggal di Busan bersama nenek dan kakekku, tapi 2 bulan terakhir ini aku pindah menyewa disebuah apartemen di Seoul, karena aku baru saja diterima sebagai pegawai baru disebuah perusahaan. Karena tau kebiasaanku yang selalu kesiangan, nenekku selalu membangunkanku tiap pagi.
Mimpi ituu..
Aku kembali mengingat mimpi itu,,
mimpi itu begitu nyata.
Akhir akhir ini aku selalu memimpikannya. Hampir setiap hari aku mimpi dengan yoeja itu.
Seperti sebuah cerita yang bersambung, awalnya yoeja itu hanya bayangan, wajahnya tidak jelas, aku tak pernah mengingat wajahnya.
Tapi mimpiku barusan, wajahnya begitu jelas..
Tapi aku tak mengenali siapa yoeja itu, tapi tadi dia memanggil namaku.
Apa dia seseorang yang aku kenal?
Setiap hari aku selalu memikirkan yoeja itu.
——————————————— ————–
Aku duduk dipesisir pantai seorang diri..
“Nichkhun Oppa..” Yoeja itu lagi..
Dia duduk disampingku..
“Kau siapa?” aku menatap wajahnya lekat, mengingat mungkin saja dia seseorang yang aku kenal.
“Kau tidak mengenalku?”
“Kau melupakanku?” wajahnya terlihat sedih.
“kau siapa?” aku tak berhasil mengingatnya.
“Kau masih ingat pantai ini?”
Aku mengelilingkan pandanganku. Aku kembali menatap wajahnya.
Dia mendekatkan wajahnya. Kami berciuman.
Aku melumat bibir bawahnya penuh nafsu.
—-
Pantai ini begitu kosong…
Aku membuka satu persatu kancing kemejanya, dia juga melakukan hal yang sama padaku.
Aku menjilati lehernya penuh nafsu, kali ini dia kembali hanya terdiam.hanya menatap wajahku tanpa perlawanan.
Kami masih berciuman, aku menindih tuduhnya.
Payudaranya yang sudah tidak mengenakan bra menempel didadaku. Jantungku berdetak kencang.
—-
“hhhhh…” desahnya terdengar.
Aku menggenjot vaginanya,, persetan walaupun ini hanya mimpi, tapi aku begitu menikmatinya.
Aku seakan sadar bahwa ini hanya mimpi.
Aku sadar ini hanya mimpi..
“Owhhh.. teruss oppaa.. ahhh.. ahhh.. hhnnnhhkkk..” desahnya saat aku melesakan juniorku lebih dalam.
Oh my God? Apa ini benar-benar mimpi? Aku sangat sadar. Apa aku di dunia INCEPTION??
Aku menatap wajahnya.
“Wae? Kenapa kau berhenti?”
Aku masih menatap wajahnya. “Kau siapa? Siapa namamu?”
“Aku?? Aku…”
Ddddrrrrrttt… Drrrrtttttt…
“Kim Na Young!!!!” teriakku ketika membuka mata..
Aku mengatur nafasku. Kim Na Young? Apa nama yeoja itu Kim Na Young?
Aku terdiam beberapa saat.
“Kim Na Young” aku beranjak dari ranjangku menuju kamar mandi.
Aku masuk ke kamar mandi membuka seluruh bajuku.
“Aishhhh,, lagi-lagi celana dalamku basah. Ini gara-gara kau Kim Na Young.” Aku masuk shower.
“Kim Na Young,, Kim Na Young,,, Aissshh.. siapa yoeja itu?” aku hanya berdiri berkaca pinggang dibawah shower membiarkan air membasahi tubuhku.
Setelah hari itu,, setelah aku mengetahui nama yoeja yang selama ini selalu muncul dimimpiku,,
Aku tak pernah memimpikan yoeja itu.
Setiap pagi aku selalu merasa menyesal tak memimpikannya.
Oh Tuhan,,,
Apa Kau berusaha memberitahuku tentang sesuatu???
Atau Kau hanya ingin mempermainankan ku dengan selalu memdatangkan yoeja itu dalam mimpiku?
Apa yoeja itu nyata?
Apa dia benar-benar ada di dunia nyata??
Ijinkan aku bertemu dengannya satu kali lagi walau hanya dalam mimpi..
Aku pergi bekerja dengan pikiran hanya terfokus hanya pada yoeja bernama Kim Na Young itu.
Sepulang kerja aku berhenti disebuah kedai ramyun.
Setelah memakan habis Ramyunku, aku berjalan gontai menuju mobilku.
“Anak muda.” Sepertinya seseorang memanggilku.
Aku menoleh kearah suara. Seorang kakek tua duduk bersila dibawah pohon. Apa dia pengemis? Aku mendekatinya hendak memberinya uang.
“Harabojji ambilah ini, dan belilah makanan.” Aku menyodorkan beberapa lembar uang kertas.
Dia menatapku. Hanya menatapku.
“Anak muda, aku melihat sesuatu yang istimewa dari dirimu. Kau berbeda.” Apa yang dikatakannya?
Apa aku ini ternyata keturunan dewa? Posseidon? Athena? Apa aku ternyata seorang Demigod? Manusia setengah dewa?? *-_____-*
“aku?”
“Ya, ada sesuatu yang penting yang harus kau cari tau sendiri. Ini tentang masa lalumu. Kau melupakan seseorang dimasa lalumu, dan kau harus menemukan orang itu segera. Kalau kau terlambat, kau akan kehilangan orang itu.” Katanya.
Aku mengernyitkan dahi. Apa ini ada hubungannya dengan mimpiku. Tapi kenapa kakek tua ini bisa tau?? Aku hendak bertanya.
Tapi.. kakek itu menghilang. Kemana kakek itu? Langsung pergi tanpa pamit.
Aku benar-benar bingung dengan kata-kata kakek tadi.
——–
Setibanya di apartemen aku hanya duduk termenung.
Aku yakin bahwa apa yang diucapkan kakek itu ada hubungannya dengan mimpi-mimpiku.. ini tentang masa laluku? Aku memikirkan kata-katanya. Masa laluku? Masa laluku yang mana?
Apa ada masa laluku yang aku lupakan?
Tiba-tiba kepalaku terasa sangat sakit. Ini selalu terjadi padaku sejak kecil, saat aku ingin mengingat sesuatu, kepalaku akan sangat terasa sakit.
Aku berbaring memejamkan mataku. Bayangan wajah Yoeja bernama Kim Na Young itu tergambar jelas diingatanku.
Apa aku sudah gila?
Apa aku harus datang ke psikiater?
Aku kembali memejamkan mataku.
Kim Na Young, kau membuatku gila… Aku tersenyum.
Kau berhasil mencuri semua waktuku hanya untuk memikirkanmu.
Kim Na Young, apa kau nyata? Atau kau hanya hidup di alam bawah sadarku saja?
Kalau kau benar nyata, apa kau akan mengenalku saat kita bertemu?
Wajahnya dalam bayanganku sedang tersenyum manis padaku, aku kembali tersenyum.
Kalau kau nyata, harus dari mana aku mulai mencarimu?
Beberapa hari setelah itu aku tak pernah lagi menemui Kim Na Young dalam mimpiku, tapi wajahnya sudah terekam dengan jelas di otakku.
—–
Sepulang dari kantor aku berhenti disebuah supermarket hendak membeli beberapa minuman kaleng untuk persediaan di kulkasku.
“Nichkhun?” seseorang memanggil namaku.
“Ohh, Annyeong.” Aku membungkukkan badan pada seorang namja yang sepertinya seumuran denganku. Apa aku mengenalnya? Kenapa dia tau namaku.
“Benar kau Nichkhun?” aku mengangguk masih berusaha mengingat siapa namja tersebut.
“Aigooo,, Nichkhun-ahh.. kau apa kabar?” dia memelukku erat..
“Baik.” Aku hanya tersenyum ramah.
“kapan Kau kembali ke Seoul?” dia mengajakku ngobrol dengan antusias.
Dia bertanya padaku kapan aku kembali ke seoul?? Setauku, sejak kecil aku tinggal di Busan. Tapi aku penasaran. Jadi aku pura-pura.
“Iya, aku sekarang bekerja disini, sudah sekitar 2 bulan ini.” Jawabku.
“ya, kenapa kau bicara formal seperti itu padaku. Aigoo.. bagaimana kalau kau ikut kerumahku? Umma pasti senang bertemu denganmu.” Ajaknya.
Sekarang aku yakin ada yang tak beres dengn otakku. Namja ini bilang umma nya akan senang bila bertemu denganku, namja ini saja aku belum berhasil mengingat siapa namanya, dan sekarang ummanya?
Tapi aku sangat penasaran, apa yang sebenarnya terjadi padaku..
Aku menyetujui namja ini untuk mengunjungi rumahnya. Mobilku mengikuti mobilnya dari belakang. Kami memasuki sebuah kompleks perumahan. Baru kali ini aku ketempat ini, tapi tempat ini terasa tidak asing bagiku.
Aku memarkir mobilku didepan sebuah rumah.
“Umma, lihatlah kita kedatangan tamu.” Kata namja itu saat mempersilahkank u masuk.
Seorang wanita berusia paruh baya keluar dari dapur. “Tamu siapa Junsu-yaa..”
Junsu.. jadi nama namja ini Junsu.
“Ajjuma.” Aku membungkukan badan tersenyum menyapa Ajjuma itu.
“Aigoo.. Aigoo siapa ini?? Nichkhun?? Aigooo…” sama antusiasnya seperti namja bernama Junsu itu, Ajjuma itu memelukku hangat.
“Anak Umma yang hilang, kau itu nakal sekali tak pernah mengunjungi umma.” Dia menyubit lenganku pelan. Aku hanya tersenyum.
“Duduk duduk, umma ingin mengobrol denganmu. Aigoo.. syukurlah kakek nenekmu telah merawatmu dengan sangat baik. Kau tampan sekali Nichkhun-ahh”
Lagi-lagi kau hanya tersenyum. Aku tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Aku mengelilingan pandanganku seluruh rumah. Rumah ini juga rasanya tidak asing.
“Aku pulang.” Aku menoleh kearah pintu masuk.
Deg…
Yoeja itu..
Seakan dunia ini berhenti berputar saat kulihat yoeja itu. Kim Na Young?? Apa sekarang aku sedang dalam mimpi? Tuhan.. Benarkah ini bukan mimpi?
Yoeja itu melihatku kaget.
“Nichkhun Oppa????” Dia membuka mulut dan menutup dengan tangannya seolah tak percaya ini benar-benar aku.
Aku tak berhenti memandangnya, tiba-tiba masuk seorang namja. “Ohh.. ada tamu, dia siapa chagiya?”
“Ohh,, kalian sudah pulang.” Kata Ajhuma.
Aku masih menatapnya tak percaya, yoeja itu benar-benar nyata. Kim Na Young benar-benar nyata, dia tak hanya hidup dalam mimpiku saja.
Tapi siapa namja yang datang bersamanya?
“Nichkhun Oppa, apa kau mengenalku?”
“Kau ini bicara apa,, tentu saja Nichkhun mengenalmu.” Jawab Ajhuma.
Kami saling bertatapan. Demi Neptunus, Didunia ini hanya dia yang sangat ingin kutemui, dan dia bertanya apa aku mengenalnya?
Tapi, aku hanya mengenalnya dimimpiku. Dalam kehidupan nyata apa aku benar-benar mengenalnya?
“Kim-Na-Young.”
—-
Hari ini sungguh hari yang tak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata. Aku bertemu dengan yoeja itu…
Mengenai namja itu, namanya Lee Junho.. Dia adalah tunangan Kim Na Young dan 2 bulan lagi mereka akan menikah. Aku begitu sedih mengetahui kenyataan ini.
Disatu sisi aku sangat bahagia karena akhirnya aku bisa bertemu yoeja yang selama ini mengisi mimpi-mimpiku. Tapi, aku sungguh bingung. Ajhuma, Kim Junsu.. Kenapa dia begitu antusias saat bertemu denganku? Malah ajhuma bilang aku anaknya yang hilang.
Sepertinya dulu aku memang pernah tinggal di Seoul, menjadi tetangga keluarga Kim, seperti yang mereka bilang tadi. Tapi kenapa Nenek dan Kakek tak pernah bercerita padaku.
Orang tuaku?
Mereka mengenal orang tuaku, Aisshhh… semua ini mebuatku gila.
Tuhan,,
Apa maksudmu memasukkan Kim Na Young kedalam mimpi-mimpiku??
————————-
*Kim Na Young POV*
Malam ini aku tak bisa tidur..
“Nichkhun Oppa, kenapa dia tiba-tiba ada dirumahku?” bisikku. Padahal aku bersyukur karena akhir-akhir ini aku tak lagi memimpikannya. Mimpi-mimpi yang membuatku gila,,,
Beberapa waktu lalu, hampir setiap malam aku bermimpi bercinta dengan Nickhum Oppa, benar-benar membuatku stress memikirkannya.
Bagaimana bisa Nichkhun Oppa yang telah menghilang dari kehidupanku hampir 16 tahun yang lalu, tiba-tiba begitu intens datang dimimpiku.
Mimpi-mimpiku begitu aneh, mimpi yang terasa begitu nyata…
“Dia tidak mengenalku..” aku menghela nafas pelan.
Ini seperti dalam mimpiku, setiap hari aku mimpi bercinta dengannya, tapi dia selalu bertanya siapa aku?
Walaupun tadi dia memanggil namaku dengan Fasih, tapi aku yakin itu karena Umma sudah memberi tahunya lebih dulu. Junsu Oppa bilang, ketika bertemu dengannya di supermarket tadi, Nichkhun Oppa terlihat kebingungan.
Kalau dia mengenalku, dia pasti memanggilku ‘Youngie-ahh’ dia selalu memanggilku seperti itu, tak pernah memanggil nama panjangku.
Apa yang terjadi dengannya?
Bagaimana bisa dia tidak mengenaliku??
Nichkhun Oppa….
——
*Nichkhun POV*
“DREAM THERAPY”
Aku menyipitkan mataku melihat spanduk didepan sebuah rumah. Aku memarkirkan mobilku didepan rumah itu.
Ini alamat yang tepat sesuai yang tertulis dikertas.
Beberapa hari setelah pulang dari rumah Kim Na Young aku yakin bahwa aku membutuhkan seorang psikiater. Sepertinya ada yang salah dengan otakku.
Aku mencari-cari psikiater di internet. Dan aku menemukan alamat ini.
Kebetulan saat itu sedang tak ada pasien sehingga aku bisa langsung bertemu psikiater.
“dr. Hwang?” Sapaku saat memasuki ruangannya.
“Ohh,, Nichkhun-ssi?? Silahkan duduk.” Psikiater itu mempersilahkan aku duduk.
“Apa yang membuat anda datang kemari?” tanya nya.
Aku menjelaskan semuanya pada dokter Hwang.
Tentang mimpi-mimpiku yang begitu nyata, tentang Kim Junsu dan Ummanya..
tentang Kim Na Young…
“Jadi, hampir tiap malam kau bermimpi bercinta dengan yoeja bernama Kim Na Young itu?”
Aishh.. dari semua yang aku ceritakan kenapa itu yang dia tanyakan??
“mm,, iya dok, tapi sudah hampir sebulan ini aku tak pernah memimpikannya lagi.” Jawabku.
Dr.Hwang mengangguk-angg uk sambil menatapku. “Kau yakin tidak mengenal orang-orang yang tadi kau ceritakan?”
Aku terdiam, “Aku sudah berusaha mengingatnya dok, tapi aku tak berhasil.”
“Baiklah, duduklah dikursi itu.” Perintahnya.
Aku mengikuti perintahnya, aku duduk dikursi yang menyerupai kursi ditempat dokter gigi *-__-*
Dokter membawa peralatan dari lemari.
“Bersenderlah, aku akan membuatmu tidur, kau relax saja.”
Dia membawa sejenis kabel dengan ujung bulatan tipis berwarna putih, kemudian ditempelkan disamping pelipis mataku. Seperti ada sengatan listrik menyerang otakku, dan sepertinya aku tertidur.
——-
“Asyiiiiikkkk.. kita akan berlibur kepantai bersama??” Seru seorang gadis kecil berusia sekitar 5 tahun kegirangan
—
“Youngie-ahh.. jangan berlari kesana” aku mengejarnya yang berlari kearah pantai.
“Aku ingin berenang Oppa..”
—
“Youngie-ahh,, Irona,,” aku menggoyang-goya ngkan badannya. Dia terbaring dipinggir pantai setelah dia hampir tenggelam dan aku berhasil menyelamatkanny a.
“Nichkhun Oppa..”
“Ya, Youngie-ahh sudah oppa bilang jangan bermain dipantai.” Kim Junsu mengomel.
——-
“Umma.. Appa..” aku menangis saat melihat Umma dan appa berlumuran darah, dan aku sendirian didalam mobil ditepi jurang.
“Ummaaaa….. irona, Appaaa irona…” aku terus menangis.
—
Aku mendapati diriku sedang terbaring di Rumah Sakit…
———
Aku membuka mataku.
Aku melihat kearah dokter Hwang.
“Nichkhun-ssi, apa kau mengingat kejadian dimimpimu tadi?”
Aku berpikir keras. “Tidak dok, aku sama sekali tidak mengingatnya, aku hanya ingat saat aku kecelakaan mobil, dan aku terbaring disebuah Rumah Sakit, dan disana hanya ada Nenek dan kakekku, dan beberapa hari setelah itu aku pulang ke Busan.” Aku kembali menatap dr. Hwang.
“hhmm..sepertin ya kau menderita Fugue Amnesia ini jenis amnesia yang disebabkan karena trauma. Tapi Amnesia ini tidak pemanen. Sepertinya ini terjadi setelah kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuamu. Dan kejadian-kejadi an sebelum kecelakaan itu, kau lupakan. Karena fisik dan mentalmu saat itu yang masih anak-anak tak mampu menerima kenyataan yang terjadi, sehingga otakmu menolak untuk merekam kejadian itu termasuk semua kejadian sebelum kecelakaan itu.”
Benarkah aku mengalami Amnesia?
“Umma.. Appa..” bisikku
“terus bagaimana supaya saya bisa mengingat semua kejadian sebelum kecelakaan itu?” aku bertanya pada dokter.
“Ini tak semudah membalikkan telapak tangan, walaupun Fugue Amnesia buka jenis Amnesia yang permanen, tapi ingatanmu tidak akan begitu saja kembali dengan 2-3 x therapy. Apalagi kejadiannya sudah 16 tahun yang lalu.” Aku mengannguk mendengarkan penjelasan dokter Hwang.
“Kau berterus teranglah pada Yoeja yang bernama Kim Na Young itu kalau kau terkena amnesia, itu akan lebih membantu dibanding kau terus-terusan menjalani Therapy. Menggali sendiri dari orang-orang yang ada dimasa lalumu akan sangat membantumu mengingat kembali ingatanmu. Sepertinya kau sangat mencintai yoeja itu.”
Aku hanya tersenyum mendengar kata-kata terakhir dari dr. Hwang.
Apa benar aku mencintai Kim Na Young?
Akhirnya aku berpamitan pada dr.Hwang…
—
Aku keluar dari tempat praktek dr. Hwang.
Aku melajukan mobilku tak tentu arah tanpa aku sadari aku menuju rumah Kim Na Young, aku berhenti sebentar di depan rumahnya.
Benarkah dulu aku pernah tinggal didaerah ini?
Aku kembali melajukan mobilku mengelilingi kompleks sekitar rumah Na Young, kemudian aku berhenti disebuah taman bermain.
Aku keluar dari mobilku menuju taman tersebut, duduk dibawah pohon melihat ke sekitar taman. Sepertinya dulu aku juga pernah kesini.
Aku berjalan-jalan disekitar taman.
“Nichkhun-ssi.” Seorang ajhuma penjaga kedai Topokki yang barusan aku lewati memanggil namaku.
“kau mengenalku?” aku menghampiri Ajhuma tersebut.
“Kau benar Nichkhun? Aigoo,, sudah lama kau tak mampir membeli Topokki kesini.” Kata Ajhuma itu.
Sepertinya dulu aku mengenal Ajhuma ini.
Aku duduk di bangku depan kedai sambil memakan Topokki yang disiapkan Ajhuma tersebut.
“Ajhuma, apa dulu aku sering kesini?” tanyaku sambil memasukkan Topokki kedalam mulutku.
“Dulu, sepulang sekolah kau, Junsu, dan Na Young sering membeli topokki disini, kau lupa.” Jawab Ajhuma itu.
“Ahh, apa kau tau sekolahku dimana?” Ajhuma itu terlihat kebingungan mendengar pertanyaanku.
“Emm, aku sudah lama tak kemari, jadi aku sedikit bingung karena banyak bangunan baru disini.” Lanjutku.
“Ahh,, tentu saja kau bingung, kau sudah lama pindah ke Busan kan? Ehmm.. sekolahmu tepat di belakang Gedung depan Taman itu. Itu gedung baru, jadi kau mungkin bingung.” Jawab Ajhuma.
“Kau tau aku pindah ke Busan?” tanyaku.
“tentu saja, Aku diberi tau Na Young dan Junsu, karena kau tak terlihat datang kemari bersama mereka lagi semenjak…” Dia menatapku.
“Semenjak kecelakaan itu, kau langsung dibawa Nenek dan kakekmu ke Busan. Aku sedih sekali mendengar kedua orang tuamu meninggal pada kecelakaan itu. Syukurlah kau hidup dengan baik.” Aku tersenyum.
Jadi setelah kecelakaan itu aku langsung dibawa ke Busan, itu sebabnya aku tak diberi kesempatan untuk mengingat massa sebelum kecelakaan itu.
Setelah mengobrol beberapa saat bersama Ajhuma penjaga kedai, aku berjalan menuju Sekolah yang tadi ditunjukan Ajhuma.
Aku berdiri didepan sebuah bangunan Elementary School. Apa dulu aku bersekolah disini? Aku duduk dibangku didepan sebuah lapangan Sepak Bola luas dipinggir sekolah itu.
Aku memejamkan mataku. Aku mengingat sesuatu…
Aku melihat 2 orang anak laki-laki, mungkin itu Aku dan Junsu, mereka sedang bermain bola di tengah lapang, Seorang gadis kecil yang aku yakin itu Kim Na Young duduk dipinggir gawang memperhatikan kami.
Aku membuka mataku, aku menoleh kearah gawang. Aku tersenyum pada bayangan Na Young kecil yang masih terlihat olehku.
Aku merindukannya..
Kim Na Young aku merindukanmu…
—-
“Nichkhun Oppa!” Seseorang keluar dari mobil. Itu Kim Na Young. Bersama Namjachingunya yang aku tau bernama Lee Junho. Na Young pamitan pada Namjachingunya dan mobilnya pergi.
Dia datang menghampiriku, dia mengenakan Kemeja merah muda dengan rok selutut sepertinya dia baru pulang bekerja, detak jantungku berdegup kencang saat dia semakin dekat kearahku.
“Apa yang kau lakukan disini Oppa?” Dia duduk disampingku. Aku hanya memandang wajahnya, tak mendengar kata-katanya.
“Nichkhun Oppa.” Dia memegang bahuku, membuyarkan lamunanku.
“Hah,, iya kau bilang apa Na Young-ssi?” kataku.
“Na Young-ssi??” dia mengangkat satu alisnya heran. “Ahh,, aniya, apa yang kau lakukan sendiri disini?” tanyanya.
“Dulu kita bersekolah disinikan?” Aku tersenyum kearahnya.
*Kim Na Young POV*
“Dulu kita bersekolah disinikan?” Dia tersenyum.
“Hhmm.. Sengaja datang untuk melihat sekolah kita dulu?” tanyaku.
“ya,,” jawabnya singkat.
Dia bukan Nichkhun Oppa yang dulu aku kenal, bahkan aku merasa dia sama sekali tidak mengenalku.
Mimpi-mimpi itu..
Setiap aku memimpikannya, dia selalu menanyakan siapa aku?
“Oppa, boleh aku bertanya sesuatu?” aku memberanikan diri untuk bertanya.
“Apa?” dia menatapku.
“Hhmm.. Ahh.. tidak, tidak jadi. Hhmm.. bagaimana kalau kita berjalan-jalan kedalam gedung sekolah? Aku juga sudah lama tak kesini.” Aku mengurungkan niatku untuk bertanya. Aku berdiri.
“Apa yang ingin kau tanyakan?” Dia ikut berdiri.
“tidak, kajja Oppa..”
Kami berjalan dikoridor sekolah kami dulu. Nichkhun seumuran dengan Junsu oppa, kami berbeda 2 tahun.
“Aku dengar 2 bulan lagi kau akan menikah? Na young-ssi?” tanyanya saat kami berjalan berdampingan.
“Ahh? Euuhh iyah.. Kau, mana Yoejachingumu? Kenalkan padaku Oppa.” Aku mengalihkan pembicaraan. Aku tak ingin membicarakan soal pernikahanku.
“Aku? Hhmmm.. aku tidak punya yoejachingu, tapi ada yoeja yang aku sukai, aku sering sekali memimpikannya.” Dia menatapku, tersenyum.
Aku kecewa mendengar jawabannya, ternyata sudah ada yoeja yang dia cintai. Sementara aku sering sekali memimpikannya, dia malah memimpikan yoeja lain. “lain kali kenalkan padaku oppa.” Kataku.
“Pasti.” Katanya.
Kami tiba dikelas musik, tempat favorite Nichkhun dan Junsu oppa. Sepulang sekolah mereka sering belajar bermain gitar disini, dan aku selalu menunggu mereka. Aku berhenti melihat kejendela kelas.
Tapi Nichkhun Oppa terus berjalan…
“Ada apa?” Tanyanya menoleh kearahku.
“Kau lupa ini ruang apa?” tanyaku heran, mana mungkin dia melupakan ruangan ini??
Dia terlihat bingung, Dia melihat kedalam kelas. Dia mengerutkan dahi. Menatapku. “Apa dulu aku sering kesini?” Tanyanya.
Aku tak percaya dengan pertanyaannya. Aku hanya menatapnya heran.
“Ya, dulu setiap pulang sekolah kau belajar gitar dengan Junsu Oppa disini, dan aku selalu menemani kalian. Dan.. Hhmm.. kau berjanji akan main gitar untukku.” Kataku. Dia menganggukkan kepala.
Aku menatapnya yang masih kebingungan..
“Apa aku sudah menepati janjiku?” tanyanya lagi.
“Belum, kau keburu pindah ke Busan, dan menghilang tanpa kabar.” Kataku.
Dia menarik tanganku memasukki ruangan musik. Aku kaget dan hanya mengikutinya.
“Aku akan membayar janjiku sekarang.” Dia memdudukanku dikursi, kemudian mengambil gitar.
“Only you niga anim nal gochil su eobseo.. nandasi useul su ga eobseo.. its only you my baby its only you…..”
Dia memainkan gitar dan bernyanyi, mata kami saling bertatapan. Aku beberapa kali tersenyum kepadanya.
Ohh Tuhan, Namja didepanku, Namja yang selama 16 tahun ini selalu ada dihatiku. Saat itu umurku baru 7 tahun, Aku pikir ini hanya Cinta Monyet saja, aku pikir perasaan ini akan hilang seiring berjalannya waktu. Tapi kenyataannya aku tak bisa melupakannya.
Terlebih semenjak aku sering bermimpi tentangnya, aku terus menerus memikirkannya.. Apa aku bisa bertemu dengannya lagi? Apa aku bisa melihat wajahnya lagi?
Dan sekarang namja itu ada dihadapanku.
Kim Na Young, apa yang kau pikirkan? Bukankah 2 bulan lagi akan menikah dengan Lee Junho?
Aku menatapnya lekat, tanpa sadar air mataku menetes.
“Kau kenapa menangis Na Young-ssi?” dia berhenti bermain gitar saat melihatku menangis.
“Youngie-ahh.. Youngie-ahh.. kenapa kau memanggilku Na Young-ssi? Apa kau melupakanku?” Air mataku tak berhenti mengalir. Ada apa denganmu Kim Na Young? Apa yang barusan kau katakan? Aku menunduk.
Dia mendekatiku..
Hanya diam tanpa mengatakan apapun.
Dia Memandangku..
“Hhmm,, kalau aku berterus terang, apa kau akan mempercayaiku?” katanya.
Aku berhenti menangis dan memangdangnya heran. “Berterus terang?” tanyaku.
“Aku terkena Fugue Amnesia.” Katanya lagi dan aku mengernyitkan dahi.
“Mwo?” aku tak mengerti apa yang dia katakan..
“Ya, Aku terkena Fugue Amnesia.. Semenjak kecelakaan itu, aku terkena trauma yang membuat aku amnesia, dan melupakan semua kejadian sebelum kecelakaan itu.” Katanya.
Aku menutup mulut dengan tanganku tak percaya.
“Pantas saja kau selalu menanyakan siapa aku?” bisikku pelan. Tapi sepertinya dia mendengarnya.
“Kau bicara apa tadi?”
Aku menggelengkan kepala. “Ahh.. Aniya.. Jadi kau terkana amnesia dan melupakan semua kejadian sebelum kecelakaan itu? Termasuk aku?”
“Iya, aku juga baru mengetahuinya tadi sore saat aku mendatangi seorang psikiater. kau orang pertama yang aku beri tau.” Lanjutnya.
Jadi selam 16 tahun ini, sementara aku tak pernah sedetikpun melupakannya, dia sama sekali tak meningatku, semua, semua kenangan masa kecil kami??
“Tak ada satupun yang kau ingat?” aku menatapnya tak percaya.
Dia menggelengkan kepala. “Maukah kau membantuku mengingatnya? Youngie-ah? Youngie-ah.. Apa dulu aku selalu memanggilmu seperti itu?” tanyanya.
Aku masih saja menatapnya..
“Kim Na Young. Mau kah kau membantuku mengingat semuanya?” tanyanya lagi.
Aku menganggukan kelapa. Aku harus mengembalikan semua ingatannya, dia tak boleh melupakan kenangan masa kecil kami dulu. “Aku akan membantumu Oppa.”
“Syukurlah. Dan bisakah kau merahasiakan penyakitku pada kakak dan Umma mu? Aku tak ingin banyak orang yang tau.” Lanjutnya.
“Kenapa kau memberi tau penyakitmu padaku? Apa kau mempercayaiku?” tanyaku.
“Aku mempercayaimu, aku tau kau bisa membantuku mengingat semuanya.”
*Nichkhun POV*
Aku kembali ke apartemenku..
Senang sekali bisa menghabiskan waktu bersamanya.
Yoeja yang selama ini hanya ada dalam mimpiku. Akhirnya aku bisa menatap wajahnya dari dekat.
Aku membaringakan tubuhku, memejamkan mata. Mengingat kejadian tadi.
“Aku akam membantumu mengingat semuanya. Baiklah. Mari kita berkenalan, Aku KIM NA YOUNG!” katanya sambil mengulurkan tangannya.
Aku membuka mataku tersenyum.
Kenapa sekarang aku sudah merindukanmu lagi Kim Na Young?
—-
Beberapa waktu setelah pertemuanku dengan Na Young di Elementary School kami dulu, Na Young membuktikan kata-katanya untuk membantuku mengingat kembali semua kejadian yang pernah aku alami sebelum kecelakaan itu.
Setelah hari itu kami sering bertemu, dia menemaniku pergi ketempat-tempat yang dulu pernah aku datangi. Dia menceritakan apa yang dulu aku alami disana.
Seperti saat Na Young mengajakku kerumah yang dulu ditempati oleh aku dan orang tuaku yang telah meninggal, rumah itu kini telah ditempati orang lain. Entah bagaimana Na Young berhasil membujuk pemilik baru rumah itu dan mengijinkan kami berkeliling melihat isi rumahnya.
Aku tak ingat jelas, tak ada yang kau ingat dari rumah itu..
Dan hari ini, Na Young akan membawaku ke sebuah pantai, katanya banyak yang akan aku ingat setelah sampai disana.
Kami pergi berempat bersama Kim Junsu dan Lee Junho. Aku agak sedikit kecewa saat mengetahui Junho akan ikut bersama kami. Lee Junho, setahun lebih muda dariku dan Junsu..
“Hyung, aku saja yang menyetir, kau duduklah dibelakang bersama Junsu Hyung.” Katanya saat aku akan menyetir.
“Ohh, baiklah.” Aku duduk dikursi belakang.
Sepanjang jalan aku hanya diam melihat kearah jalan.
Junho dan Na Young mengobrol membicarakan rencana pernikahan mereka, Junho terlihat antusias. Sesekali Junsu ikut mengomentari obrolan mereka.
Kami melewati jalan yang di sisi jalannya dipenuhi pepohonan besar.
“Berhenti.” Kataku tiba-tiba.
“Kenapa hyung?” jawab Junho setelah memparkirkan mobil mereka dipinggir jalan.
Aku langsung keluar dari mobil tanpa menjawab pertanyaan Junho, aku berlari menuju pepohonan lebat, mereka mengikutiku dari belakang.
Aku tak bisa mengontrol diriku sendiri, aku terus berlari dan berlari masuk kedalam hutan dan ketika aku sadar, aku sudah sampai diujung sebuah jurang.
“Nichkhun-ah, Noe gwenchanna?” Kata Junsu terengah-engah karena berlari mengejarku. Matakau hanya tertuju pada tepi jurang yang amat dalam.
Junho dan Na Young baru sampai.
“Oppa, kau tak apa-apa?” kata Na Young menghampiriku. Aku menatapnya.
“Aku jatuh kedalam sana.” Aku menatap Na Young, Junsu, Junho bergantian.
“Dulu, saat kecelakaan itu, mobilku jatuh kedalam jurang ini, dan.. dan.. Orang tuaku..” Junsu menghampiriku memelukku erat dan menepuk pundakku beberapa kali, sementara Aku hanya menatap Na Young, Dia menatapku iba. Kami saling bertatapan. Sedangkan Junho hanya melihat kedalam jurang, tak mengerti.
“Sudahlah Nichkhun-ahh, sebaiknya kita kembali kedalam mobil.” Junsu melepaskan pelukannya, aku yang sedari tadi menatap Na Young, sekarang menatap Junsu.
“Kajja.” Kataku sedih dan pergi mendahului mereka.
Pikiranku kacau, sehingga sisa perjalananku aku habiskan untuk diam tanpa satu katapun yang aku ucapkan.
Sampailah kami disebuah Cotage yang telah disewa Junsu beberapa hari lalu. Aku duduk diujung ranjang, Junsu masuk kedalam kamar.
“Kau baik-baik saja Nichkhun-ah?” Aku hanya menatapnya dan mengangguk. “Aku baik-baik saja, kau tak perlu khawatir Junsu-ya.” Jawabku.
“Mukamu tak terlihat baik-baik saja, Kajja Nichkhun-ahh, kau datang kesini bukan untuk diam dicotage kan, Ayolahh, di pantai sana pasti banyak Yoeja-yoeja seksi??” Dia mengajakku keluar.
Aku mengikuti Junsu, kami berjalan berdampingan, sementara didepan kami Na Young dan Junho berjalan bergandengan tangan.
Aku dan Junsu duduk dipinggir pantai, sementara Na Young dan dan Junsu entah kemana.
Aku mengelilingkan pandanganku kepenjuru pantai, bukankah ini pantai tempat terakhir aku memimpikan Na Yaoung, saat aku dapat mengontrol mimpiku? Aku melihat kearah kanan. Ah Benar, disana ada gua, aku ingat sekali.
Dimimpiku, pantai ini begitu sepi hanya aku dan Na Young berdua. Kami berciuman, kami bercinta di pantai ini, Aku larut dalam lamunan tentang mimpiku.
“Ya, Nichkhun-ahh, lihatlah yoeja itu.” Kata Junsu mengagetkanku.
“Ahh?” aku kaget.
“Lihat yoeja itu, wahhh…” Aku meliaht yoeja yang memakai bikini yang ditunjuk Junsu, dan melihat Junsu yang sedang melihat payudaranya yang tidah tertutup seluruhnya.
“Aku lebih tertarik pada adikmu.” Bisikku pelan.
“Aigoo,,, aku bisa mendengar itu, kau tertarik pada adikku?” Aku kaget dengan jawaban Junsu. Aku hanya membuka mulutku sedikit hendak menjawab, tapi tak ada satu katapun yang berhasil keluar dari mulutku.
“Kau tertarik pada Na Young-ku? Nichkhun-ahh?” Dia mengulang pertanyaannya.
“Wae? Bukankan dulu kau ingin aku menjadi adik iparmu?” jawabku meluncur begitu saja, aku sendiri kaget dengan kata-kata yang keluar dari mulutku, aku bahkan tak ingat kalau dulu Junsu pernah menginginkan aku menjadi adik iparnya, Tapi kenapa aku bisa mengatakannya?
Junsu tersenyum. “Kau masih ingat? Aku mengatakan itu saat kau menyelamatkan Na Young tenggelam dipantai ini dulu.” Dia menatapku.
“Aku menangis dipinggir pantai tak berani menolong Na Young karena aku tak bisa berenang, tapi kau berlari dengan berani untuk menolongnya. Aku sangat berterima kasih padamu saat itu sampai aku bilang kau harus menikah dengan Na Young, karena kau pasti bisa melindunginya.” Lanjutnya dengan diakhiri senyuman dengn tatapan jauh kelepas pantai.
Yang dikatakan Junsu sama seperti mimpiku saat aku menjalani terapi di tempat dr. Hwang. Aku menolong Na Young saat dia tenggelam dipantai ini.
“Sampai pulang dari liburan itu, kita pulang dengan mobil berbeda, kau bersama orang tuamu, dan kecelakaan itu terjadi, dan aku tak pernah melihatmu lagi semenjak saat itu.” Lanjutnya.
“Jadi karena aku menghilang, kau menyerahkan adikmu pada namja lain?” kataku hanya menggodanya.
“Sejujurnya, aku belum rela menyerahkan sepenuhnya Adikku pada Namja itu.” Aku melotot kearah Junsu karena kaget dengan jawabannya.
“Waeyo?” tanyaku penasaran.
“Molla,, ehhmm.. mereka kenal di kencan buta, baru sebentar kenal langsung diajak menikah, Umma juga sering bilang ragu pada Junho.” Jawabnya.
“Tapi sepertinya Na Young sangat mencintai Namja itu.” Kataku.
“Hmm.. begitukah? Anyway, beberapa saat sebelum aku bertemu denganmu disupermarket, Na Young sempat menanyakan tentangmu. Apa aku dapat kabar tentangmu, saat aku tanya kenapa, dia bilang ingin mengundangmu dipernikahannya , tapi aku kira dia berbohong. Entahlah.” Junsu menatapku serius.
“Jinjja?” aku sedikit kaget dengan kata-kata Junsu barusan.
“Hhmm..”
“Ya, apa yang kalian lakukan disini? Orang lain akan menyangka kalian pasangan gay.” Na Young dan Junho tiba-tiba saja sudah sampai dihadapan kami.
“Benarkah?” Kata Junsu tertawa sambil menaruh tangannya dipundakku merangkulku.
“Aku masih normal.” Jawabku tanpa ekspresi. Na Young tertawa mendengar jawabanku. Begitu manis. Kenapa aku sangat menginginkanmu Kim Na Young?
Hari sudah sore, setelah melihat matahari terbenam, kami makan malam bersama, dan kembali ke Cotage.
Setelah minum beberapa gelas soju, junsu dan Junho berpamitan tidur dan pergi kekamar, sementara Na Young sudah dari tadi masuk kekamarnya.
Aku tak bisa memejamkan mata, aku memutuskan untuk berjalan-jalan keluar cotage, aku berjalan sendiri menyusuri pasir pantai. Pantai ini sekarang sepi, begitu sepi, hanya suara angin dan deburan ombak yang terdengar. Aku berjalan dengn sesekali memainkan pasir.
Aku memutuskan untuk duduk dipantai, memandang kearah laut lepas. Begitu tenang.
Hhhmmmm… aku menarik nafas panjang.
Ya, Nichkhun sebenarnya apa yang kau lakukan disini? Aku berbicara pada diriku sendiri.
Untuk apa kau berusaha mengingat masa lalumu? Demi apa? Demi siapa?
Demi cintamu pada Kim Na Young?
Kenyataannya Dia akan menikah, Kim Na Young akan menikah.
Untuk apa aku mengingat semuanya kalau pada akhirnya aku akan kehilangan Kim Na Young?
Keinginanku untuk memilikinya begitu besar, tapi apa yang bisa kau lakukan?
Dia terlihat bahagia bersama calon suaminya. Aku tak bisa egois seperti ini.
Ohh Tuhan, tidak bisakah kau satukan kami berdua?
Atau lebih baik aku tak ingat sama sekali tentangnya,, dan tak pernah sekalipun memimpikannya…
Aku menarik nafas panjang.
“Nichkhun Oppa. Apa yang kau lakukan sendirian disini?” Tida-tiba Na Young duduk disebelahku.
Apa aku sedang bermimpi?
*Kim Na Young POV*
Aku keluar kamar untuk mengambil air minum, aku lihat jaket Nichkhun Oppa tak ada ditempatnya, aku keluar cotage untuk melihat.
Aku terus berjalan menyusuri pantai, mencari Nichkhun Oppa, dan benar saja, dia sedang duduk sendiri di pasir pantai. Dia duduk tepat ditempat yang sama dengan yang ada dimimpiku.
Aku menghampirinya.
“Nichkhun Oppa. Apa yang kau lakukan sendirian disini?” Aku duduk disebelahnya, dia terlihat kaget dengan kedatanganku.
“Na Young-ssi.” Katanya.
“Kau sedang apa Oppa?” tanyaku sekali lagi.
“Aku tak bisa tidur, jadi jalan-jalan kemari, kau, kenapa kau tidak tidur?” katanya.
“mm.. aku juga tak bisa tidur.” Jawabku berbohong, padahal aku kemari karena mencarinya.
“Ohh.” Jawabnya singkat.
Setelah itu, kami diam tanpa kata, hanya memperhatikan deburan ombak. Entah sejak kapan jantungku berdebar semakin kencang. Aku tak pernah seperti ini sebelumnya, bahkan saat berdua bersama Junho Oppa, jantungku tak pernah berdebar sekencang ini.
Aku menatap wajahnya, darahku semakin kencang memasuki jantung sehingga aku merasa agak sesak,debaran jantungku semakin cepat.
“Jangan menatapku seperti itu, nanti kau jatuh cinta padaku.” Katanya sambil membalas tatapanku. Kami saling menatap selama beberapa detik, kemudain aku tersadar.
“Yaa, apa yang kau katakan? Aku sudah punya Junho Oppa.” Kataku sambil memalingkan wajahku dan kembali menatap laut lepas.
“Ahh benar,, selamat sebentar lagi kau akan menikah.” Katanya tersenyum. Entah kenapa hatiku sakit mendengar kata-katanya.
“Hhmm.. Kau, katanya ada yoeja yang sedang kau sukai, kenapa tak kau ajak kesini?” tanyaku, dia hanya tersenyum.
“Yoeja itu, yoeja yang kucintai, aku hanya dapat memiliki yoeja itu dalam mimpi.” Jawabnya. Aku juga hanya dapat memilikimu dalam mimpi Oppa. Benakku.
“Kenapa? Ada apa dengan yoeja itu? Apa kau ditolak?” tanyaku lagi.
“Aku bahkan belum menyatakan cintaku padanya.”
“lalu?”
“Dia akan menikah.” Dia menatapku tersenyum miris.
Dia terus menatapku..
Aku tak mengerti dengan arti tatapannya, tapi dia terus menatapku begitu dalam.
“Kenapa aku harus bertemu denganmu lagi Kim Na Young.” Katanya menatapku dengan tatapan tajam. Aku mengerutkan dahi.
“Harusnya aku tak bertemu denganmu lagi.” Dengan nada yang mulai meninggi. Dia berhenti menatapku dan memandang kearah laut.
“Apa yang kau katakan Oppa?” aku tak mengerti.
“Harusnya aku tak bertemu denganmu, sehingga aku tak akan menganggapmu nyata, aku akan menganggapmu hanya bagian dari mimpiku. Tak nyata.” Katanya sambil menghela nafas.
“Apa maksudmu?” kataku pelan.
Dia menatapku lagi. “Pantai ini, aku pernah bermimpi duduk berdua disini dengan seorang yoeja, dan mimpi-mimpiku yang lain bersama yoeja itu, mimpi yang terasa begitu nyata. yoeja yang bahkan tak aku kenal.” Dia bercerita dengan penuh amarah menggebu-gebu.
“Tanpa sadar aku mencintai yoeja itu, setiap pagi aku akan bersedih jika dia tak hadir dimimpiku. Aku pikir mungkin aku sudah gila. Aku mencintai yoeja yang hanya kutemui dalam mimpi, aku tak mengenalnya, tak tahu siapa namanya, dia Nyata atau hanya halusinasiku saja. Aku selalu bertanya siapa kau, siapa kau, tapi yoeja itu tak pernah menjawabku.” Dia masih menatapku.
“Sampai aku bertemu denganmu. Kau.. Kaulah yoeja itu, yoeja dalam mimpiku.” Aku menutup mulutku tak percaya.
Jadi mimpi-mimpiku selama ini, mimpi-mimpiku tentangnya, Dia juga mengalaminya? Bagaimana bisa ini terjadi?
“Aku minta maaf Kim Na Young, mungkin sekarang kau menganggapku Gila. Memimpikanmu hampir setiap malam. Terasa begitu nyata. Aku memang hampir Gila.” Katanya lagi.
Aku tak tau apa yang harus aku katakan, aku hanya diam.
Aku selalu memungkiri kenyataan bahwa selama ini, semenjak dia menolongku dipantai ini, saat aku hampir mati dipantai ini, aku hanya mencintai Nichkhun Oppa. Tapi aku terus memungkirinya, aku pikir rasa ini telah hilang dengan hadirnya Junho Oppa disisiku. Tapi kenyataannya aku masih sangat mencintai Nichkhun Oppa.
Apa yang harus aku lakukan? Aku tak mungkin mengatakan bahwa selama ini aku juga begitun mencintainya dan memimpikan hal yang sama dengannya, bagaimana dengan Junho oppa?
Kami diam untuk beberapa saat.
“Hey kenapa kau tak mengatakan apapun? Tenanglah, aku tak sedang berusaha mengganggu hubunganmu dengan Junho.” Aku menatapnya tanpa menimpali kata-katanya. Kenapa aku kecewa mendengar kata-katanya?
“Jangan menatapku seperti itu, kau tak perlu memikirkan kata-kataku, Anggap saja kau sedang mendengar seseorang sedang bercerita tentang mimpi gilanya.” Dia tersenyum menatapku, tiba-tiba saja aku menyambar bibirnya sekilas.
Kami saling bertatapan.
Seakan mengerti satu sama lain, kami saling mendekat dan kembali berciuman, Nichkhun menciumku aku dapat merasakan kerinduan disetiap kecupan bibirnya dibibirku. Kenapa aku begitu merindukan sentuhannya? Padahal sebelumnya dia menyentuhku hanya dalam mimpi.
Kami masih berciuman.. “mmhhhh.. mmmm..mmmhh” desahku. Dia melumat bibir bawahku, menyedotnya, kemudian kembali melahap bibir atasku, aku meladeni ciumannya.
Dia masih menciumku, tanpa sadar sekarang dia ada diatasku, menindih tubuhku, tubuh kami menempel, kami masih berciuman.
Aku bahkan tak pernah mengijinkan Junho menyentuh tubuhku, kami hanya berciuman beberapa kali saja, itupun aku tak pernah membalasnya.
Sekarang Nichkhun menjilati telingaku, turun ke leherku, menjilati leherku, aku tak berusaha mencegahnya, malah tanganku sekarang memasuki bajunya, mengelus punggungnya.
“nggghhh.. Oppaaahh.. ahh..” desahku saat dia menyedot leherku. Kami berbaring diatas pasir pantai, tak peduli dengan angin malam yang semakin kencang, Nichkhun memelukku erat membuat seluruh tubuh kami menempel, payudaraku menempel didadanya.
Satu tanganku masih mengelus punggung bidangnya, satu tanganku menelusup mengelus absnya sambil menikmati bibirnya yang kembali melahap bibirku.
Tiba-tiba dia mengendurkan pelukkannya. Menghentikan aktivitasnya. Kami saling bertatapan.
Dia bangun melepasakan tubuhnya dari atas tubuhku. Dia memalingkan pandangan, aku bangun duduk disampingnya. Kami terdiam.
“mm..ma.. Maaf.” Katanya singkat.
“Maafkan aku, tak seharusnya aku melakukan…” Dia menatapku.
Aku menggelangkan kepala. “Kau tak perlu minta maaf.” Aku memotong kata-katanya.
Aku berusaha menyadarkan diriku. Kim Na Young kau sudah gila!! Apa yang kau lakukan? Aishh… Aku menggelengkan kepalaku melupakan kejadian barusan.
Apa yang harus aku lakukan Tuhan?
Tiba-tiba Nichkhun meraih tanganku. Kami saling berhadapan.
“Aku begitu ingin memilikimu Kim Na Young.” Matanya mulai berkaca-kaca.
“Aku seperti orang gila, setiap saat hanya memikirkanmu.” Aku menatapnya lekat berusaha menagkap kebohongan dari kata-katanya, tapi aku tau dia berkata jujur.
Aku hanya menatapnya..
“Berjanjilah satu hal padaku Kim Na Young.” Katanya lagi.
“Apa?” Mata kami bertemu.
“Dikehidupan yang akan datang, kau harus menjadi milikku, aku tak akan pergi sedetikpun dari hidupmu, agar kau tak punya kesempatan untuk berpaling pada orang lain..” Dia menatapku begitu dalam seakan ingin menyakinkanku.
Air mataku menetes..
Oh Tuhan.. aku begitu mencintai namja ini.. apa yang harus aku lakukan?
————-
Keesokan harinya…
Aku membuka mataku..
Aku mengingat kembali kejadian semalam, kejadian yang tidak akan kulupakan..
Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. “Huffhh.. apa yang akan aku katakana hari ini? Saat bertemu dengannya? Haruskah aku berpura-pura semalam tak terjadi apa-apa, Agar Junsu dan Junho Oppa tak curiga?”
Setelah menyiapkan diri akhirnya aku keluar dari kamarku, diruang tengah aku tak melihat siapapun. Kemana Namja-namja itu? Aku ke balkon belakang cotage, tak ada siapapun.
Aku menarik nafasku meregangkan tanganku.. hhhmmm.. udaranya begitu segar…
Tiba-tiba ada sebuah tangan melingkar di pinggangku, dadaku berdetak kencang, aku membalikkan badan. “Oppa..”
“Good morning chagiya.” Sebuah kecupan hangat mendarat dipipiku.
“Morning, Junho oppa.” Kenapa aku berharap Nichkhun Oppa yang tadi memelukku?
“Hey, what happen baby? Are you OK?” mungkin Junho Oppa heran melihat perubahan diwajahku.
“Anniy Oppa. Kau sudah sarapan? Bagaimana kalau aku buatkan kau sandwich?” kataku sambil melepaskan pelukanya dipinggangku. Aku tak ingin Nichkhun Oppa melihat kami sedang berpelukan.
“Hhmm.. padahal aku masih ingin memelukmu.” Katanya mengikutiku dari belakang menuju cotage.
“Junsu Oppa, kau darimana?” Aku lihat Junsu Oppa masuk dari pintu depan.
“Aku baru saja mengantar Nichkhun ke halte terdekat, katanya ada pekerjaan mendadak, dia harus segera ke Seoul.” Katanya.
“Mwo?” kataku kaget. Nichkhun oppa pergi tanpa memberi tauku? Apa dia sengaja?
“Iya, tadi pagi. Dia minta maaf karena tak menunggu kau bangun dulu.” Kata Junho Oppa. Bahkan Junho Oppa tau Nichkhun oppa pulang.
Aku kecewa sekali padanya, kenapa dia tak berpamitan dulu padaku?
——
*Nichkhun POV*
Aku begitu pengecuut untuk bertemu dengannya lagi.
Keesokan hari setelah aku mengungkapkan perasaanku, aku pergi tanpa berpamitan padanya, dan semenjak saat itu aku tak pernah lagi menemuinya.
Sudah hampir 2 minggu aku tak bertemu dengannya, itu artinya minggu depan dia akan menikah.
Ini sudah hampir malam dan Aku masih diruang kerjaku sekarang, aku sering kerja lembur, aku sengaja menyibukkan diriku agar aku tak selalu memikirkannya.
Aku berusaha untuk tidak memikirkan semua ini, aku berusaha untuk melupakannya, tapi aku tak bisa. Wajahnya sudah melekat diingatanku, Setiap saat aku masih saja memikirkannya.
Aku melihat layar handphoneku, ada photonya, foto yang ku ambil diam diam saat kami makan malam bersama sebelum kembali ke cotage.
Aku kembali keapartemenku, duduk di sofa melihat sebuah kartu undangan yang tadi diberikan satpam diapartemenku, dia bilang tadi siang ada seorang yoeja yang menitipkan undangan itu padanya.
“Apa tadi Na Young yang mengantarkan undangan ini kesini?” kataku masih menatap kartu undangan atas namaku itu.
Apa dia berharap aku datang dipernikahannya ? Apa aku bisa? Apa aku siap melihatnya berdiri dialtar bersama namja lain? Aku tak bisa Kim Na Young, maafkan aku, Aku tak bisa hadir dipernikahanmu.
——-
Hari ini adalah hari pernikahannya..
Dari beberapa hari yang lalu Aku memutuskan untuk pulang ke Busan kerumah kakek nenek ku. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan, yang bisa aku lakukan hanya pergi menjauh.
Mencoba melupakan bahwa hari ini aku akan benar-benar kehilangan Kim Na Young.
Pagi-pagi sekali aku pergi mengunjingi Makam Kedua orang tuaku, sudah lama aku tak mengunjunginya. Aku pergi menggunakan motor gede kesayanganku yang selama terpaksa harus aku tinggal diBusan.
Aku memandang kedua makam Orang tuaku.
“Annyeng Haseo Umma, Appa.. Apa kalian baik-baik saja disana?” aku berjongkok menaruh bunga dimasing masing makan yang bersampingan tersebut.
“Aku tau selama ini kalian selalu memperhatikanku dari atas sana.” Aku membersihkan daun-daun kering disekitar makam.
“Umma, Appa.. Apa yang harus aku lakukan?” Air mataku menetes.
“Aku begitu mencintai Yoeja itu, apa yang harus aku lakukan?” Aku mulai menangis tersedu.
Aku terus menangis..
Tak peduli kalau nanti ada orang lain yang melihatku..
Aku hanya ingin menangis dengan keras sekarang..
Aku terus menangis sampai aku tertidur disamping makan ibuku.
—–
Aku sekarang berdiri diatas altar..
Didepan pintu Gereja, Kim Na Young mengenakan gaun putih cantik.
Kim Junsu menggandeng tangan Kim Na Young,
mereka berjalan mendekatiku..
mereka sampai di altar,
Kim Junsu menyerahkan tangan Kim Na Young padaku.
“Aku percayakan adikku padamu.” Katanya ketika aku raih tangan Na Young.
Na Young tersenyum padaku,
Aku balas senyumannya.
Pastor telah berdiri dialtar sejak tadi.
Kami menghadap Pastor.
—–
Aku membuka mata..
Aku masih dipemakaman, menatap kedua makam kedua orang tuaku bergantian.
“Apa kalian ingin aku mengejarnya?”
Tanpa pikir panjang aku langsung berlari menuju motorku dan mengendarainya dengan sangat kencang menuju Seoul.
Yang aku pikirkan sekarang bagaimana caranya aku bisa sampai diSeoul sebelum acara pemberkatan dimulai.
Sampailah aku didepan sebuah gereja.
Aku diam sejenak.
“Apa yang aku lakukan disini? Apa yang selanjutnya aku lakukan?” bisikku.
Aku hanya diam depan gereja.
Apa harus aku membawa Na Young kabur?
Apa Na Young juga menginginkanku seperti aku yang sangat menginginkannya ?
Atau aku hanya bertepuk sebelah tangan?
Aku mulai ragu dengan apa yang harus aku lakukan.
Entahlah apapun yang aku lakukan nanti, aku harus masuk gereja terlebih dahulu.
Aku menaruh helmku, dan berjalan menuju gereja.
Aku membuka pintu gereja yang sangat tinggi ini.
Semua orang melihat kearahu selama beberapa detik, kemudian mereka kembali mengalihkan perhatiannya ke atas altar.
Aku duduk dibangku paling belakang.
Aku tak tau apa yang akan aku lakukan.
Seperti dimimpiku tadi Kim Junsu menggandeng Kim Na Young menuju altar,
Bedanya pria diatas altar bukan aku, tapi Lee Junho.
Junsu menyerahkan tangan Na Young pada Junho.
Tuhaaan, apa yang harus aku lakukan? Aku tak ingin hanya terus duduk diam disini.
Mereka berdua menghadap kepara tamu yang datang, menundukan kepala sebagai tanda penghormatan.
Mata kami bertemu.
Apa kau bahagia Kim Na Young? Aku masih menatapnya sambil tersenyum sebisaku.
Tapi dia tak membalas senyumku.
Mereka menghadap menuju pastor.
Pastor mengucapkan kata-kata pemberkatan.
Aku melihat Kim Na Young hanya menunduk.
“Kim Na Young-ssi, apa kau bersedia menerima Lee Juno sebagai suamimu.” Pastor bertanya pada Na Young.
Aku sungguh tak ingin berada disini saat ini, aku ingin menghilang.
“Emmmm…” jawan Na Young Ragu.
“Aku.. Aku..” Aku merasa menyesal datang kesini.
“Kim Na Young-ssi?” tanya pastor itu.
“Aku bersedia.” Hatiku hancur, sudah tak ada kesempatan untukku lagi.
“Lee Junho-ssi, apa kau bersedia menerima Kim Na Young sebagai istrimu?”
Aku tak mampu menyaksikan kejadian selanjutnya, aku memutuskuan untuk pergi keluar gereja..
—-
*Lee Junho POV*
“Kim Na Young-ssi, apa kau bersedia menerima Lee Juno sebagai suamimu.” Pastor bertanya pada Na Young.
“Emmmm…” Aku menatap Kim Na Young, dia hanya menunduk.
“Aku.. Aku..” aku hanya dapat menatapnya.
“Kim Na Young-ssi?” tanya pastor itu.
“Aku bersedia.” Katanya sambil menatapku.
Tapi matanya mengatakan sebaliknya.
Dari awal aku tak pernah memiliki hatimu Kim Na Young.
Aku tak pernah berhasil mendapatkan hatimu.
Jelas-jelas kau tidak pernah mencintaiku?
Untuk apa kau melangkah sejauh ini?
Apa kau kasian padaku?
Awalnya aku kira mungkin setelah menikah kau akan mulai mencintaiku.
Tapi perlahan keyakinanku berkurang semenjak kau bertemu dengannya.
Bertemu dengan Nichkhun Hyung.
Matamu,,
Matamu saat pertama kali bertemu dengannya.
Kau tak pernah menatapku seperti itu.
Aku begitu ingin memilkimu, Aku tak ingin kehilanganmu, ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu.
Tapi apa gunanya semua itu kalau kau tak bahagia menjalani semua ini?
Aku hanya ingin melihatmu tersenyum…
“Lee Junho-ssi, apa kau bersedia menerima Kim Na Young sebagai istrimu?” tanya pastor itu padaku.
Aku menatap Kim Na Young,
“Aku Tidak Bersedia.” Jawabku tegas.
Aku tersenyum tulus.
Aku mencintaimu Kim Na Young.
Tapi aku akan mendapatkan Yoeja lain yang juga mencintaku untuk menghabiskan hidupku bersamanya sampai mati.
Semoga kau bahagia.
“Pergilah. Kejar dia.” Kataku.
Hatiku hancur.
Tapi ini lebih baik daripada aku menjalani hidup bersama seseorang yang tidak mencintaiku.
“Oppa..” dia menatapku, mukanya merah hendak menangis.
“Ka..” aku tersenyum.
—————————
*Nichkhun POV*
Aku duduk dibalkon sebiah vila mewah..
Aku ingat lagi kejadian kemarin.
Aku pergi keluar gereja.
Segera menuju motorku dan memakai helmku.
Aku bersiap mengendarai motorku, ketika akan menancap gas,
Seseorang keluar dari gereja.
“Nichkhun Oppa.”
Itu Kim Na Young.
Dia berjalan mendekatiku, aku tak mampu berkata-kata.
Apa aku sedang bermimpi?
Beberapa kali aku meyakinkan dan sadar bahwa ini bukan mimpi.
Kim Na Young benar-benar sedang berjalan mendekatiku.
Dan mimpiku dipemakaman orang tuaku menjadi kenyataan.
Kami menikah saat itu juga.
Sampai saat ini aku masih tak percaya… kalau sekarang aku sedang berbulan madu disebuah vila mewah hadiah dari Junsu.
Tuhan kau sedang tidak bercanda dengankukan?
Ini benar-benar nyatakan?? Bukan hanya mimpi?
Kim Na Young keluar dari kamar, duduk disampingku.
Dia menaruh kepalanya dibahuku.
“Oppa, apa kau bahagia?” tanyanya.
Aku sangat bahagia, sangat sangat bahagia, kau tak akan tau betapa bahagianya aku. Benakku sambil mengelus kepalanya.
Beberapa saat kami hanya terdiam.
Dia mengangkat kepalanya dari bahuku menatapku.
“Ada satu hal yang belum kau tau oppa.” Katanya.
Aku membalas tatapannya. “Apa?” kataku penasaran.
“Mimpi-mimpi itu,” kata-katanya terputus.
“Mimpi-mimpi yang mana?” aku mengerutkan dahi.
“Mimpi yang kau ceritakan dipantai malam itu, aku juga bermimpi yang sama.” Katanya mengaggetkanku.
Jadi saat aku selalu bermimpi bercinta dengannya, dia juga memimpikan hal yang sama sepertiku.
“Semenjak aku selalu memimpikanmu, aku selalu memikirkanmu, tapi aku tak tau bagaimana cara aku menemukanmu, sampai kau tiba-tiba muncul dirumahku, aku begitu bahagia bisa melihatmu lagi oppa.”
Aku tak bisa menjawab kata-katanya. Aku memelukanya erat.
Aku mendekatkan kepalaku, ku cium bibirnya dengn lembut.
Dia membalas ciumanku. Kami berciuman lama sekali..
Awalnya ciumanku begitu lembut, tapi lama kelamaan menjadi ganas.
Aku menggendong tubuhnya dan membawa masuk kedalam kamar, menjatuhkannya di ranjang.
Kami kembali berciuman.
“nnngghh…” desahnya.
Aku membuka satu persatu kancing piyamanya, tak ada penolakan.
Aku menyedot lehernya, menjilati tiap inci tubuhnya, kubuktikan betapa aku begitu merindukanmu Kim Na Young.
Jilatanku turun menuju payudaranya yang masih tertutup bra, kutarik branya, langsung kutenggelamkan kepalaku disalah satu payudaranya dan meremas yang satunya.
“Opppaaaahh.. nngghh.. ahhh..” desahnya saat aku menyedot payudaranya dengan agak keras.
Aku melucuti semua kain yang menempel ditubuhku, juga tubuhnya, kami benar-benar full naked sekarang. Aku perhatikan tubuhnya dari atas sampai bawah. Sangat Indah.
“Jangan melihatku seperti itu oppa, aku malu.” Katanya yang membuatku tersenyum.
“Kau Cantik.” Kataku dan langsung kembali menciumnya dengan agak kasar, dia tak protes sama sekali.
Tanganku mulai meraba vaginanya yang sudah basah, aku masukkan kedua jariku kedalamnya dan mengoyak isinya.
“Auwchhh.. hhhhhhah. Terus Oppa.” Katanya sambil memejamkan mata.
“Hey, lihat aku.” Dia masih saja memejamkan matanya.
“Youngie-ahh, lihat aku.” Dia membuka matanya tersenyum.
“Sudah lama kau tak memanggilku seperti itu.”
“Saranghae Youngie-ah.”
“Na Do saranghae Oppa.” Dia mengecup bibirku. “Opppaaahh.. auwchhhh,, pelan pelan, itu sakit.” Dia melotot saat aku memasukan jari ketigaku.
“Mian..” aku tersenyum jail
Tangannya yang sedari tadi pasif sekarang mulai bekerja, awalnya mengelus-ngelus punggungku, tangannya turun ke bokongku, tangan yang satunya mengelus absku dan turun kebawah menggenggam juniorku. Meremasnya dengan keras.
“Hey, kau! Youngie-ah.. kau nakal sekali, dari mana kau belajar seperti itu?” aku mencubit hidungnya pelan saat dia meremas juniorku dengan kasar.
“Aku belajar darimu, apa kau lupa?” dia tersenyum.
Dalam dunia nyata, aku pertama kali melakukan ini, tapi dalam mimpi, aku sudah sering melakukannya bersama Na Young.
“Kalau begitu kau jangan sungkan-sungkan lagi padaku Youngie-ahh.” Kataku dibalas dengan tawa Na Young.
Tanpa perintah, dia menurunkan tubuhnya, aku kaget yang membuat jariku terlepas dari vaginanya. Dia diatasku sekarang.
Dia langsung mengulum juniorku, kami juga pernah melakukan ini dalam mimpi, tapi kenyataanya ini jauh lebih nikmat.
“Teerrruuusss ahhh,,, faster youngie-ahh.. ahhh..” aku meracau tak jelas saat dia menyedot juniorku.
“Lepaskan, aku sudah tak tahan.”
Aku langsung membalik tubuhnya dan tanpa aba-aban aku langsung melesakan juniorku kedalam vagina Na Young.
“Awhh.. Sakit Oppa!!!!” Dia menjerit. Aku kaget, di mimpiku dia tak pernah menjerit seperti itu. Sesuatu didalam sana telah robek olehku, selaput daranya, dari dalam vaginanya mengucur darah.
Aku lupa..
“Mian, aku lupa. Kau masih perawan?” aku bertanya padanya dengan polos.
“Ya, tentu saja aku masih perawan, kau ingat, kita hanya melakukannya dalam mimpi.” Katanya memukul dadaku. Air matanya keluar dari ujung matanya. Aku hanya tersenyum menyesal.
Dia memejamkan kedua matanya, meringis kesakitan, aku membiarkannya tanpa mengeluarkan juniorku dari dalam vaginanya.
Aku menatap wajahnya yang masih terpejam.
Aku mencium kedua matanya bergantian, dia membuka matanya.
“Maaf.” Kataku menyesal.
Dia hanya tersenyum, “Tak apa, mungkin karena pertama kali, jadi sakit.”
Setelah beberapa lama, dia mulai dapat menyesuaikan diri.
Aku mulai menggerakkan juniorku.
Menggenjotnya perlahan. “Nggghhhkk.. nnggghhkk..” sauaranya saat aku melesakkan juniorku lebih dalam.
Aku mulai menggenjotnya lebih cepat. “Owuhh.. ahh,, nnngghhhkk.. nngghhkk,, terus oppp pppahh.. hhhhhhh… nngghhh….” racaunya.
Dia sudah orgasme berkali-kali tapi aku belum juga keluar.
Sampai aku rasakan otot-otat juniorku menegang dan menghamburkan jutaan sperma kedalam vaginanya.
Dia terlihat kelelahan.
Aku membiarkan dia menarik napas.
“Kau mau melakukannya lagi?” tanyaku. Aku masih sangat bergairah, mungkin untuk beberapa ronde berikutnya, tapi aku tidak akan memaksanya kalau dia sudah cape.
“Sebentar oppa, biarkan aku menarik napas.” Aku tersenyum, itu artinya dia mau melakukannya lagi.
“baiklah.” Kataku senang.
“Oppa, lepas, aku mau Pipis dulu.” Katanya tiba-tiba. Dengan berat hati aku melepas juniorku.
Dia turun dari ranjang dengan jalan agak sedikit mengangkang, aku hanya tersenyum memperhatikanny a dan akhirnya mengikutinya dari belakang.
Setelah Buang air kecil, dia bercermin di kaca yang sangat besar di kamar mandi ini. Aku memeluknya dari belakang, mencium pundaknya. Kami bertatapan dengan media kaca.
Tanganku mulai nakal naik keatas dan meraih payudaranya. Meremasnya, dia mendesah sangat sexy.
“Menungginglah. ” Perintahku.
“Apa yang kau lakukan?” tanyanya.
Aku hanya tersenyum jail, “Turuti saja.” Dia menungging, aku langsung memasukkan juniorku kedalam vaginanya dari belakang.
“Oppah!!!!” dia menjerit kaget.
“Haha, maaf-maaf.” Aku mulai memaju mundurkan juniorku, tangan Na Young berpegangan pada ujung wastafel, sementara tanganku memeluknya dari belakang.
Aku menggenjotnya dengan kecepatan ekstra.
“Ahhh… hhhh.. terus oppa, lebih ceeepphhattt..” desahnya.
Aku terus menerus memaju mundurkan juniorku entah sampai berapa lama.
“Aku keluar oppa.” Kata Na young.
“Aku sedikit lagi. Kau tahan sebentar.”
“nnngghhhkk.. nnngghhkkk… aahhhhhh.” Aku melengguh panjang saat mendapat orgasmeku.
Aku membalik badannya, memeluknya erat.
“Gomawo Youngie-ah.”
“Untuk apa?” tanyanya.
“Untuk semuanya.. Untuk semua yang telah kau lakukan untukku. Untukmu yang selalu hadir dalam mimpiku, terima kasih kau mau menikah denganku. Aku sangat bahagia.”
“Aku juga bahagia.”
Aku menegcup bibirnya lembut.
Kemudian menatapnya.
“Kita lakukan lagi?”
“Ya! Oppa!!” dia memukul dadaku pelan.
Akau hanya tertawa dan kembali memeluknya.
Aku menggendongnya kembali kedalam kamar dan menidurkannya diranjang, menyelimuti tubuh kami, aku memelukknya, kami saling hadapan.
Aku kembali menciumnya dengan lembut.
Tiba-tiba..
Ting Tong..
Bel depan vila berbunyi.
Kami saling bertatapan heran?
Aku kembali mencium Na Young. Mungkin aku salah dengar.
Kemudian bunyi bel terdengar lagi.
“Oppa, coba lihat siapa yang datang.” Kata Na Young mendorongku pelan menjauh dari tubuhnya.
“Aisshh.. Siapa yang datang sih? Kitakan pengantin baru, tidak mengerti. Baru saja akan kumulai ronde berikutnya.” Aku bangun dari ranjangku dan mengenakan pakaian yang tergeletak dilantai, lalu tersenyum jail pada Na Young.
Aku berjalan keluar kamar menuju pintu depan.
Ku buka pintu..
“Adik ipaaarr.” Ternyata Junsu yang datang dan langsung memelukku.
“Ya, apa yang kau lakukan? Untuk apa kau kesini?” kataku kesal, tapi Junsu lansung menerobos masuk.
“Mana Na Young?” tanyanya tanpa menghiraukan pertanyaanku.
“Dia sedang tidur.” Kataku kesal.
“Eiii,, apa kau sudah melakukannya? Bersama adikku?” tanyanya jahil.
“Ya! Apa harus aku menceritakannya padamu? Aisshh..!!”
“Ayo ceritakan padaku.”
“Tidak.”
“Ayolah..”
Akhirnya bulan madu yang baru kami jalani satu hari terganggu dengan kedatangan Kim Junsu.
Aisshh.. ingi sekali aku menendangnya….
“Aaaaaaaarrrggh hh… KIM JUNSU!!!”
THE END